كانأحب العمل إليه الدائم. "Amalan yang paling disukainya adalah amalan yang dilakukan terus-menerus," (HR Ahmad). Amalan yang disukai Nabi SAW ialah amalan yang istiqamah, sekalipun amalan itu sederhana dan kecil. Apapun amalan yang kita lakukan akan disukai Nabi SAW selama dilakukan terus-menerus dan istiqamah.
PERDAMAIAN ITU LEBIH BAIKOleh Syaikh Dr. Su’ud asy-Syuraim –hafidzahullah–Kaum Muslimin rahimakumullâh Ketahuilah wahai saudara-saudaraku, sesungguhnya taqwa kepada Allâh Azza wa Jalla adalah bekal terbaik bagi setiap orang yang mengharap rahmat-Nya. Dengan taqwa, seseorang akan mendapatkan rezeki dari arah yang tidak disangka dan dia akan mendapatkan kemudahan setelah kesusahan, dan kelapangan setelah kesempitan. Allâh Azza wa Jalla إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦٢﴾ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ“Ingatlah sesungguhnya wali-wali kekasih-kekasih Allâh itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pulamereka bersedih hati.Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. [Yunus/10 62 – 63]Kaum Muslimin rahimakumullâh Sesungguhnya pengetahuan manusia, keinginan, dan watak mereka itu berbeda-beda meskipun mereka berasal dari bapak dan ibu yang sama yaitu Nabi Adam dan Hawa. Dan sebenarnya ini merupakan ujian, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ ۗ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًاDan kami jadikan sebagian kamu cobaan bagi sebagian yang lain. Maukah kamu bersabar? dan adalah Tuhanmu Maha Melihat. [al-Furqân/2520]Sebagian orang ada yang berkepribadian bijak, arif dan penuh toleran. Dia tidak mudah emosi dengan sedikit kalimat yang dia lagi, ada juga yang ceroboh, nekat, mudah tertipu, tidak sabar, mudah tersulut perkataan lalu berlaku konyol. Lisan dan tindak-tanduknya mendahului Muslimin rahimakumullâh Seorang Mukmin adalah seorang juru damai yang agung, yang bisa menghimpun bukan memecah belah, yang memperbaiki bukan merusak; Bijak dalam mendamaikan pihak yang bertikai. Dan sebagai imbal baliknya, banyak orang yang mendoakan kebaikan untuknya dan memujinya karena dia telah mendamaikan dan menyelamatkan dari yang memperhatikan realita saat ini, dia akan dapati adanya keretakan yang menggores kemurnian kecintaan dan jalinan persaudaraan. Hal ini nampak dari hawa nafsu yang dituruti, kebakhilan dan ketamakan yang diikuti, dan kebanggan terhadap pendapat benar Rasûlullah Shallallahu alaihi wa sallam ketika beliau bersabda إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَيِسَ أَنْ يَعْبُدَهُ الْمُصَلُّونَ فِي جَزِيْرَةِ الْعَرَبِ، وَلَكِنْ فِي التَّحْرِيْشِ بَيْنَهُمْSesungguhnya syaitan telah putus asa dari mendapatkan penyembahan dari orang-orang yang shalat di jazirah arab, akan tetapi dia akan selalu mengadu domba di antara mereka. [HR. Muslim no. 2812]Ketika terjadi pertengkaran dan pertikaian, maka perdamaian menjadi suatu yang sangat terpuji. Jika perselisihan adalah keburukan, pertengkaran dan pertikaian adalah aib, maka sebaliknya, perdamaian dan usaha mendamaikan adalah sebuah rahmat. Meski perbedaan pendapat pada manusia adalah hal yang telah digariskan oleh Allâh Azza wa Jalla sebagaimana firman-Nya وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينJikalau Rabbmu menghendaki , tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. [Hud/11118]Namun Allâh mengecualikan darinya orang-orang yang mendapat مَنْ رَحِمَ رَبُّكَKecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. [Hud/11119]Perdamaian yang terwujud pada umat akan menjadikannya indah, namun jika hilang maka berbagai buruk tidak akan Azza wa Jalla berfirmanوَالصُّلْحُ خَيْرٌDan perdamaian itu lebih baik [an-Nisâ/4128]Allâh Azza wa Jalla juga berfirmanفَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْSebab itu bertaqwalah kepada Allâh dan perbaikilah hubungan diantara sesamamu. [al-Anfâl/81] لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِTidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh manusia memberi sedekah, atau berbuat makruf atau mengadakan perdamaian diantara manusia. [an-Nisâ/4114]إِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَاDan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. [al-Hujurât/499]إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْSesungguhnya orang-orang mukmin adalah saudara. [al-Hujurât/4910]Dan sungguh tidak ada di dunia juru damai yang sekelas dengan Rasûlullah Shallallahu alaihi wa sallam . Beliau mendamaikan suku-suku, antar individu-individu dan kelompok masyarakat. Beliau juga mendamaikan pasangan suami-istri, dua orang yang berutang-piutang, dan juga juru damai dalam penegakkan hak harta, nyawa dan kehormatan. Bagaimana tidak, padahal beliau sendiri bersabda أَلاَ أُخْبِركُمُ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصِّياَمِ وَالصَّلاَةِ وَالصَّدَقَةِ؟ قَالُوْا بَلَى، قَالَ صَلاَحُ ذَاتِ البَيْنِ؛ فَإِنَّ فَسَادَ ذَاتِ البَيْنِ هِيَ الحَالِقَةُMaukah aku beritahukan kepadamu perkara yang lebih utama daripada puasa, shalat dan sedekah ? Para sahabat menjawab, “Tentu wahai Rasûlullâh.” Beliau bersabda, “Yaitu mendamaikan perselisihan diantara kamu, karena rusaknya perdamaian diantara kamu adalah pencukur perusak agama”. [HR. Abu Dawud dan Tirmidzi]Disebutkan di dalam sebuah haditsعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ أَهْلَ قُبَاءَ اقْتَتَلُوْا حَتَّى تَرَامَوا بِالْحِجَارَةِ، فَأَخْبَرَ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَلِكَ، فَقَالَ اذهبُوا بنا نُصلِح بينهمDari Sahal bin Sa’ad Radhiyallahu anhu bahwa penduduk Quba’ telah bertikai hingga saling lempar batu, lalu Rasûlullâh shallallahu alaihi wasallam dikabarkan tentang peristiwa itu, maka beliau bersabda Mari kita pergi untuk mendamaikan mereka. [HR. Bukhari]Wahai kaum muslimin, semoga Allâh selalu menjaga kita semua. Sesungguhnya perdamaian termasuk diantara sebab munculnya rasa cinta dan perekat keretakan. Terkadang perdamaian itu lebih baik daripada hukum yang diputuskan hakim. Dalam perdamaian, ada pahala dari Allâh Azza wa Jalla dan ada dosa yang dihapuskan. Termasuk didalamnya, pertikaian dalam rumah untuk kita sadar bersama, bahwa semua upaya damai itu tidak akan terwujud kecuali dibarengi keinginan kuat yang nyata serta niat tulus dari semua pihak, antara juru damai dan yang didamaikan. Karena Allâh Azza wa Jalla mengaitkan perdamaian itu dengan adanya kemauan yang baik dari semua pihak. Allâh Azza wa Jalla berfirman إِنْ يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَاJika kedua orang hakim itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allâh memberi taufiq kepada suami – istri itu. [an-Nisâ/435]Suatu ketika, Imam Hasan al Bashri rahimahullah didatangi oleh dua orang yang bertikai dari Tsaqif. Lalu sang Imam berkata, “Kalian berdua masih satu kelompok dan satu kerabat, kenapa masih saja bertikai ?” Mereka menjawab, “ Wahai Abu Sa’id, kami hanya ingin damai.” Beliau rahimahullah berkata, “Ya. Kalau begitu kalian bicaralah!” Akan tetapi keduanya malah saling melempar tuduhan dusta ke lawannya. Melihat ini, sang Imam menjawab, “Demi Allâh ! Kalian dusta ! Bukan perdamaian yang kalian inginkan, karena Allâh Azza wa Jalla berfirman إِنْ يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَاJika kedua orang hakim itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allâh memberi taufiq kepada suami – istri itu. [an -Nisâ/435] Oleh karenanya bertakwalah wahai para hamba Allâh ! Sudahi dan hentikanlah pertengkaran dan pertikaian, terutama yang disebabkan hal-hal Azza wa Jalla berfirman فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَMaka barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas tanggungan Allâh. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. [asy-Syûrâ/4240]Semoga Allâh Azza wa Jalla memberkahi saya dan anda semuanya dengan al-Qur’an dan mencurahkan manfaat dari isinya berupa ayat-ayat dan hikmahNya yang Maha Bijak. Itulah yang aku ucapkan, jika itu benar maka kebenaran dari Allâh. Jika ada yang salah maka dari diri saya sendiri dan dari syetan. Dan aku beristighfar kepada Allâh, sesungguhnya Ia Maha Pengampun.Khutbah jum’at Syaikh Dr. Su’ud asy-Syuraim –hafidzahullah– dengan judul “ash-Shulhu Khair Perdamaian Itu Lebih Baik”, di Masjidil Haram pada tanggal 12-02-1433 H[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XVI/1433H/2012M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196] Home /A9. Fiqih Dakwah Nasehat/Perdamaian Itu Lebih Baik
Adapuntema dalam hadits yang saya bahas adalah "hidup damai berdampingan dan rasa tanggung jawab". Alangkah indahnya umat manusia ini jikalau dapat berinteraksi bengan baik yang menghasilkan kehidupan penuh kedamaian dan saling berdampingan. Sebagaimana anjuran Rosulluallah dalam hadits yang berikut ini.Pertanyaan Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Almusnad dengan jalur Sanad dari beliau, beliau berkata menceritakan kepada kami Taliid bin Sulaiman, dia Berkata Menceritakan kepada kami Abu Al Hajjaaf, dari Abu Haziim, dari Abu Hurairah dia berkata “ Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memandang kepada Ali, al Hasan, dan Fathimah seraya beliau bersabda أنا حربٌ لمنْ حارَبَكمْ ،وَسِلمٌ لِمَنْ سَالَمَكُمْ Aku akan memerangi orang -orang yang memerangi kalian, dan memberikan perdamaian kepada orang yang menebarkan perdamaian kepada kalian ”... Al hadits. Pertanyaannya, sejauhmana kebenaran Hadits ini ? Dan bagaimana penjelasan dari hadits tersebut ? Dan apa hukumnya bagi orang yang mema’zulkan dan memerangi Ali bin Abi Thalib Radliyallahu Anhu, jika hadits ini benar dan Shahih ?? Teks Jawaban ini di riwayatkan oleh Imam Ahmad 9698 Menceritakan kepada kami Taliid bin Sulaiman, dia berkata menceritakan kepada kami Abu Al Hajjaaf, dari Abi Haazim, dari Abu Hurairah, dia berkata Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam memandang kepada Ali, Al Hasan, Al Husein dan Fathimah, beliau bersabda أنا حربٌ لمنْ حارَبَكمْ ،وَسِلمٌ لِمَنْ سَالَمَكُمْ Yang artinya Aku akan memerangi orang-orang yang memerangi kalian, dan memberikan kedamaian bagi orang yang menebarkan perdamaian kepada kalian... Dan dari jalur Imam Ahmad diriwayatkan oleh At Thobroni dalam kitab “ Al Mu’jam Al Kabiir ” 2621, dan Al Hakim dalam kitab “ Al Mustadrak ” 4713, dan Al Aajiri dalam kitab “ As Syari’ah ” 1529 . Dan Sanad dari riwayat ini rusak, sebab ada Taliid bin Sulaiman karena dia seorang Rofidloh yang pendusta, Ibnu Ma’in berkata tentangnya dia adalah seorang pendusta yang telah menyakiti Utsman Radliyallahu Anhu, suatu hari dia duduk diatas sebuah atap rumah lalu dia menyerang Utsman, maka sebagian dari anak-anak budak yang telah di merdekakan Utsman menghalang–halanginya dan melemparkan sesuatu kepadanya hingga kedua kakinya patah. Abu Daud berkata dia adalah seorang penganut Rofidloh yang telah mencaci maki Abu Bakar dan Umar Radliyallahu Anhuma. Dan dalam ungkapan yang lain disebutkan tentangnya dia adalah buruk dan keji. Bisa dilihat dalam kitab “ Mizaanul I’tidaal ” 358/1 . Dan diriwayatkan oleh At Tirmidzi 3870 , Ibnu Maajah 145 , dan Ibnu Hibban 6977 dari jalur Ashbath bin Nashr Al Hamadani, dari As Suddiy dari Shubaih salah seorang budak yang dimerdekakan oleh Ummu Salamah, dari Zaid bin Arqam di riwayatkan secara marfu’. Dan Sanad Hadits ini lemah atau dho’if, karena Shubaih ini majhul dan tidak dikenal, Imam At Tirmidzi mengatakan setelah meriwayatkan hadist ini “ Shubaih budak yang telah dimerdekakan oleh Ummu Salamah adalah seorang yang tidak dikenal ”. Dan disebutkan dalam kitab “ Al Kaamil ” 136/5 karangan Ibnu Ady “ Shubaih seorang yang tidak diketahui Nasab keturunannya, Ibnu Hammad menceritakan kepada kami, menceritakan kepada kami Abbas dia berkata Aku telah mendengar dari Yahya dan Abu Khoitsamah keduanya berkata “ Shubaih pernah singgah di kota Al Khuld dan dia adalah seorang pendusta, dia bercerita tentang Utsman bin Affan dan tentang Aisyah dan dia adalah pendusta yang keji, Yahya bin Ma’in berkata Shubaih juga seorang yang buta, dia pernah di rumah Ar Roqiqy dan dia adalah pendusta ”. Bisa jadi memang dia ; karena dia selevel dengan Ar Roqiqy. Imam Adz Dzahabi menyebutkan hadits tersebut di atas dalam kitabnya “ Mizaanul I’tidal ” dengan sanad yang sama, beliau mengatakan Asbath meriwayatkannya sendiri 176/1 . At Thobrani meriwayatkan dalam “ Al mu’jam Al Ausath ” 2854 dari jalur Husain bin Al Hasan Al Asyqar, dari Ubaidillah bin Musa, dari Abi Madlo’, dari Ibrahim bin Abdur Rahman bin Shubaih budak yang telah dimerdekakan oleh Ummu Salamah, dari kakeknya yaitu Shubaih, dia berkata " كُنْتُ بِبابِ رسول الله صلى الله عليهِ وَسَلَّمَ،فجاءَ علِيٌّ وفاطِمة والحَسن وَالحُسيْنِ، فَجَلَسُو ناَحِيَةً، فَخَرَجَ رَسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ إلينَا، فَقَالَ إِنَّكُم على خَيرٍ وَعلَيْهِ كِسَاءٌ خَيْبَرِيٌّ ، فَجَلَّلَهُم بِهِ ، وَقَالَ أنَا حَربٌ لِمَنْ حارَبَكُمْ ، سِلْمٌ لِمَن سالَمَكُمْ Artinya Aku berada di pintu rumah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam , maka datanglah Ali, Fathimah, Hasan dan Husain, lalu mereka semua duduk di sisi yang lain dari rumah Rasulullah, lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam keluar kepada kami seraya bersabda Sesungguhnya kalian semuanya senantiasa dalam kebaikan dan saat itu beliau mengenakan pakaian dari Khoibar, beliaupun memulyakan mereka semua, dan beliau bersabda Aku akan memerangi orang-orang yang memerangi kalian, dan memberikan kedamaian bagi orang yang menebarkan perdamaian kepada kalian.. . Sanad hadits ini sangat lemah sekali, Imam Al Bukhori mengatakan bahwa Husain Al Asyqor perlu ditinjau riwayatnya, dalam kesempatan yang lain beliau mengatakan bahwa Husain Al Asyqor memiliki banyak Hadits–Hadits mungkar, Abu Zar’ah berkata bahwa hadits tersebut adalah Mungkar, Abu Hatim mengatakan hadits tersebut tidak kuat, Al Jurjani berkata dia termasuk orang yang tidak baik karena mencaci dan mencela orang–orang yang baik. Sebagaimana disebutkan dalam kitab “ Tahdzibut Tahdzib ” 336/2 . Dan Abu Madlo’ , dia adalah Roja’ bin Abdur Rohim Al Haruwi Al Qurasyi, Al Hakim mengatakan tentangnya bahwa dia adalah orang yang banyak hadits mungkarnya. Sebagaimana disebutkan dalam “ Lisaanul Miizaan ” 456 /2 Dan Ibrahim bin Abdur Rahman bin Shubaih adalah orang yang tidak di kenal di kalangan perawi hadits. Dan Al Haitsami berkata “ Hadits tersebut diriwayatkan oleh At Thobroni dalam kitab Al Ausath, dan di dalamnya terdapat orang–orang yang saya tidak mengenal mereka ”. Sebagaimana disebutkan dalam kitab “ Majma’ Az Zawaaid ” 169 /9 . Secara global bisa di pahami Bahwasannya Hadits ini sangat lemah dan tidak benar, dan As Syaikh Al Albani Rahimahullah melemahkannya dalam kitabnya “ Adl Dlo’iifah ” 6028 . Yang kedua Kalau memang harus dikatakan akan kesahihan hadits tersebut, akan tetapi kami mengatakan yang demikian itu masuk dalam kategori Kedurhakaan yang berarti sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam memerangi siapa saja yang membenci Ahlul bait dan memusuhi mereka, yang didalam hatinya tersimpan kemurkaan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan Ahlul Bait Beliau, dan perbedaan serta perselisihan politik tidak seharusnya membenci dan murka terhadap Ahlul Bait Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Al Qori Rahimahullah berkata حربٌ لمن حاربَكُم yang artinya “ Memerangi orang-orang yang memerangi kalian, dan memberikan kedamaian bagi orang yang menebarkan perdamaian kepada kalian ”, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjadikan dan memposisikan diri beliau dengan perang sebagai bentuk konsekwensi dan tanggung jawab lelaki yang adil, وَسِلْمٌ yang artinya “dan memberikan kedamaian ”, maksudnya menebarkan kebaikan dan kemashlahatan لمن ســالمَهُم bagi siapa saja yang menyayangi dan menebar kebaikan kepada mereka. Dan penjelasannya disini adalah مَنْ أَحَبَّهُمْ أَحَبَّنِي، وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ أَبْغَضَنِيْ yang artinya Barangsiapa yang mencintai mereka maka niscaya mencintaiku, dan barangsiapa membenci mereka niscaya membenciku ”. Dari kitab “ Muroqqatul Mafatiih ” 3976/9. Akan tetapi tidak diperbolehkan pemahaman hadits ini dijadikan landasan tentang apa yang terjadi di antara para sahabat Radliyallahu Anhum pada saat peristiwa Perang Jamal dan Perang Shiffin ; Sesungguhnya yang demikian itu merupakan ijtihad dari mereka, dan telah dijelaskan sebelumnya pada jawaban soal no 140984 bahwasannya peperangan antara Mu’awiyah dan Ali Radliyallahu Anhuma bukanlah karena sebab kekhilafaan dan kekuasaan semata, akan tetapi Mu’awiyah ingin menuntut pertanggungan jawab atas pembunuh Utsman bin Affan. Demikian pula keluarnya Ummul Mukminin Aisyah Radliyallahu Anha pada perang Jamal bukanlah sekedar peperangan untuk melawan Ali Radliyallahu Anhu, akan tetapi untuk menegakkan Ishlah di antara manusia. Dan hal ini telah dijelaskan pada jawaban soal nomer 127028 sesungguhnya apa yang terjadi di antara para sahabat baik itu perselisihan dan perbedaan pendapat sampai berujung kepada peperangan, maka wajib bagi kita untuk menahan diri dan tidak ikut serta membicarakan hal–hal buruk tentang para sahabat, sebab sebagaimana yang kita semua meyakini bahwa para Sahabat itu adalah sebaik-baik Ummat dan wajib mencintai mereka dan mendoakan keridloan Allah bagi mereka; karena apapun yang terjadi pada mereka bukanlah pertikaian dan pembunuhan semata sebagaimana yang dituduhkan banyak orang, akan tetapi lebih pada ijtihad para Sahabat dan pola berfikir mereka yang berbeda dalam memahami sebuah permasalahan, hal semacam ini masuk dalam kategori Firman Allah Ta’ala وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ * إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ الحجرات/ 9-10 “Dan jika ada dua golongan dari orang–orang mu’min yang berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mu’min itu adalah bersaudara, oleh sebab itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat SQ. Al Hujurat ayat 9-10. Ibnu Jarir At Thobari meriwayatkan dalam tafsirnya 109 /17 عَنْ أَبِي حَبِيبَةَ مَوْلًى لِطَلْحَةَ قَالَ " دَخَلَ عِمْرَانُ بْنُ طَلْحَةَ عَلَى عَلِيٍّ رضي الله عنه بعد ما فَرَغَ مِنْ أَصْحَابِ الْجَمَلِ ، فَرَحَّبَ بِهِ ، وَقَالَ إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ يَجْعَلَنِي اللَّهُ وَأَبَاكَ مِنَ الَّذِينَ قَالَ اللَّهُ وَنَزَعْنا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْواناً عَلى سُرُرٍ مُتَقابِلِينَ . قَالَ ورجلان جالسان إلى نَاحِيَةِ الْبِسَاطِ ، فَقَالَا اللَّهُ أَعْدَلُ مِنْ ذَلِكَ ! تَقْتُلُهُمْ بِالْأَمْسِ وَتَكُونُونَ إِخْوَانًا ! فَقَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قُومَا أَبْعَدَ أَرْضٍ وَأَسْحَقَهَا، فَمَنْ هم إِذًا إِنْ لَمْ أَكُنْ أَنَا وَطَلْحَةُ؟" “Dari Abi Habibah mantan budak yang telah di merdekakan oleh Thalhah dia berkata “ Imran binThalhah masuk ke rumah Ali Radliyallahu Anhu sekembalinya dia dari peristiwa perang Jamal, lalu Ali menyambutnya dengan hangat, seraya berkata Sesungguhnya aku mengharap kepada Allah agar menjadikan aku dan ayahandamu termasuk mereka yang terhimpun dalam firman Allah Ta’ala Dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap–hadapan di atas dipan–dipan . Abi Habibah berkata lagi Ada dua lelaki yang keduanya duduk mengarah ke hamparan atau permadani, lalu keduanya berkata Allah lebih adil dari yang demikian ! Anda membunuh mereka semua kemarin dan kalian akan menjadi saudara ??! Ali Radliyallahu Anhu berkata bangkitlah kalian berdua sejauh mungkin ke belahan bumi yang amat jauh, maka siapa lagi dari mereka jika bukan aku dan Thalhah ?? ”. Kalau memang peperangan ini benar sebagaimana yang di sebutkan dalam hadits di atas, maka maksudnya adalah terhimpunnya permusuhan dalam hati dan terjadinya peperangan, dan hal ini yang menjadikan beliau Shallallahu Alaihi Wasallam murka dan ahlul bait merupakan bagian dari hati beliau, lalu memeranginya dan menolongnya dengan pedang beliau, dan kita semua berlindung kepada Allah jika kekejian dan keburukan ini diklaimkan dan dituduhkan kepada salah seorang dari sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Bisa di rujuk kembali pada jawaban soal nomer 139054 , 140984 . Wallahu A’lam.
Perdamaianantara Jami' At-Tirmidzi Kitab Hukum-hukum. diperbolehkan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram. Dan kaum muslimin boleh menentukan syarat. Keutamaan Al Hasan dan Al Husain, putera Ali bin Abu Thalib radhiallahu 'anhu Sunan Ibnu Majah Kitab Mukadimah.
Ilustrasi persaudaraan. Foto PixabaySeorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain. Islam pun mengenal konsep tentang persaudaraan yang dikenal dengan nama ukhuwah. Dalam buku Membumikan Alquran oleh Quraish Shihab menerangkan bahwa ukhuwah merujuk pada persamaan dan keserasian dengan pihak lain. Baik persamaan keturunan dari segi ibu, bapak, keduanya, maupun dari persusuan, juga persamaan lainnya seperti suku, agama, profesi, dan perasaan. Selain itu, Islam juga memberi pedoman umat Muslim dalam menjalin hubungan baik dengan sesama. Pedoman ini disampaikan melalui Alquran dan hadits yang merupakan sumber hukum umat Hadits tentang PersaudaraanBerikut kumpulan hadits tentang persaudaraan yang bisa jadi pedoman untuk menjaga persatuan dengan sesama yang Beriman Sesungguhnya BersaudaraDalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 10 disebutkan bahwa umat muslim itu adalah saudara satu dengan berfirman "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." Al-Hujarat ayat 10.Selain itu, dikutip dalam buku Ensiklopedi Hak dan Kewajiban dalam Islam karya Syaikh Sa'ad Yusuf Mahmud Abu Aziz, Hadits tentang persaudaraan juga diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda"Sesungguhnya di sekitar Arasy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya. Di atasnya ada kaum yang mengenakan pakaian dari cahaya dan wajah mereka bercahaya. Mereka bukan para nabi dan syuhada. Mereka didengki oleh para nabi dan syuhada."Para sahabat bertanya, "Siapakah mereka itu, wahai Rasulullah?"Beliau menjawab "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling berkumpul karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah." HR. An-Nasai di dalam As-Sunan Al-Kubra.Sesama Muslim Ibarat Satu TubuhIlustrasi persaduaraan, Foto PixabayIslam memberikan petunjuk kepada umatnya untuk menjaga persaudaraan. Caranya dengan saling tolong menolong dan memerhatikan satu sama bersabda “Kamu akan melihat kaum mukminin dalam kasih sayang dan cinta-mencintai, pergaulan mereka bagaikan suatu badan, jika satu anggotanya sakit, maka menjalarlah kepada lain-lain anggota lainnya sehingga badannya terasa panas.” HR. Al-BukhariHadist ini menjelaskan bahwa hubungan muslim dengan muslim lainnya diibaratkan seperti tubuh. Jika ada salah satu anggota tubuh yang terluka, satu badan akan turut merasakan sakit. Oleh sebab itu, Rasulullah meminta umatnya untuk bersatu dan saling Memutuskan Tali oleh Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda sebagaimana “Janganlah kalian saling hasad, saling berbuat najasy, saling marah, dan saling mendiamkan. Dan janganlah kalian menjual di atas penjualan orang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara orang muslim. Janganlah dia berbuat zalim dan janganlah merendahkannya.” HR. MuslimKesimpulan dari hadits ini adalah memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang harus kita jauhi untuk menghindari perpecahan dengan sesama muslim. Misalnya saling iri dengki, saling marah, bersaing dengan tidak sehat dalam jual beli, dan lain mencari cari aib saudaraMencari aib untuk mencelakakan orang lain merupakan perbuatan yang tidak terpuji. Hal ini dapat menimbulkan perpecahan antar sesama. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda“Jauhilah prasangka jelek, karena prasangka jelek adalah ucapan yang paling berdusta dan janganlah mencari-cari isu. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara” Hadits Bukhari dan Muslim.
Artinya: "Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka, maka Allah mendamaikan antara hati kamu.
Perdamaian bukan hanya sebuah kata yang indah, namun juga merupakan sebuah tujuan mulia yang harus diupayakan oleh setiap manusia. Terlebih lagi, bagi umat Muslim, perdamaian merupakan prinsip utama dalam beragama. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, “Dan Allah mengajak ke Darussalam dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus” QS. Yunus 25. Namun, dalam realitas kehidupan sehari-hari, seringkali kita melihat adanya konflik antara sesama manusia, bahkan dalam lingkup yang lebih kecil seperti keluarga atau komunitas. Untuk itu, kita perlu memahami dan mengaplikasikan hadits-hadits tentang perdamaian, sebagai panduan untuk membina hubungan yang harmonis dan damai dengan sesama. Hadits tentang Pentingnya Menjaga Perdamaian Sebagai umat Muslim, menjaga perdamaian harus menjadi prioritas utama dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini beberapa hadits yang menegaskan pentingnya menjaga perdamaian Hadits Arti “Tidaklah beriman orang yang mengenyahkan tetangganya yang lapar.” Orang yang tidak peduli dengan kondisi tetangganya yang kekurangan dan kelaparan, maka ia bukanlah orang yang beriman. “Orang yang paling utama di antara kalian adalah yang paling banyak memberi salam.” Memberi salam merupakan tanda kepedulian dan membangun keakraban antara sesama. “Tidaklah beriman orang yang kenyang sedangkan tetangganya lapar.” Orang yang tidak memperhatikan kebutuhan tetangganya, terutama dalam hal makanan, maka ia bukanlah orang yang beriman. Hadits-hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya menjaga perdamaian dengan sesama, terutama dalam lingkup tetangga. Bukti kepedulian kita terhadap sesama harus ditunjukkan dengan tindakan nyata, bukan sekadar ucapan belaka. Hadits tentang Menghindari Perpecahan Perpecahan dan permusuhan antara sesama manusia seringkali muncul akibat adanya perbedaan pandangan atau kepentingan. Untuk itu, hadits-hadits berikut ini mengajarkan pentingnya menghindari perpecahan Hadits Arti “Janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling hasut, janganlah kalian saling memusuhi, janganlah kalian saling menipu, dan janganlah kalian saling mengecilkan diri.” Hadits ini mengajarkan betapa pentingnya menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama, dengan tidak melakukan tindakan yang dapat menimbulkan perpecahan. “Sesungguhnya setiap umatku akan masuk surga kecuali orang-orang yang enggan.” Dalam konteks ini, “orang-orang yang enggan” merujuk kepada orang yang enggan untuk berdamai dan saling memaafkan dengan sesama. “Barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang Muslim, maka Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya di hari kiamat.” Hadits ini mengajarkan pentingnya saling memaafkan dan melindungi kehormatan sesama Muslim, sebagai upaya untuk menghindari perpecahan. Dengan menghindari perpecahan, kita akan dapat menjaga hubungan yang harmonis dan damai dengan sesama. Selain itu, kita juga akan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT, sebagaimana tertuang dalam hadits di atas. Hadits tentang Memperbaiki Hubungan yang Rusak Terkadang, meskipun kita telah berusaha untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan sesama, namun terjadi ketidakcocokan atau kesalahpahaman yang mengakibatkan hubungan rusak. Berikut ini adalah hadits-hadits tentang pentingnya memperbaiki hubungan yang rusak Hadits Arti “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Dalam konteks hubungan antarmanusia, baiknya seseorang ditentukan oleh kebermanfaatannya bagi orang lain, termasuk dalam memperbaiki hubungan yang rusak. “Sejelek-jelek manusia adalah orang yang suka merusak hubungan.” Hadits ini menunjukkan betapa buruknya tindakan merusak hubungan, dan sebaliknya, pentingnya mengupayakan perbaikan hubungan yang rusak. “Barangsiapa yang meminta maaf dengan tulus, maka Allah akan memberikan kepadanya kejernihan hati.” Hadits ini mengajarkan pentingnya meminta maaf dengan tulus sebagai upaya untuk memperbaiki hubungan yang rusak. Dalam Islam, memperbaiki hubungan yang rusak harus dilakukan dengan niat tulus dan iklas, serta dengan mengedepankan sikap saling memaafkan. Dengan demikian, hubungan yang telah rusak dapat dipulihkan kembali dan tercipta perdamaian yang harmonis. Hadits tentang Sikap Bijaksana dalam Menjaga Perdamaian Menjaga perdamaian dengan sesama bukanlah hal yang mudah, terutama jika ada perbedaan pandangan atau kepentingan yang muncul. Oleh karena itu, kita perlu mengambil sikap bijaksana dalam menjaga perdamaian. Berikut ini adalah beberapa hadits tentang sikap bijaksana dalam menjaga perdamaian Hadits Arti “Sebaik-baik perkataan adalah yang baik, tulus dan jujur.” Dalam konteks menjaga perdamaian, kita perlu menggunakan perkataan yang baik dan jujur, tanpa menyebarkan fitnah atau ujaran kebencian yang dapat memicu perpecahan. “Sesungguhnya di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak berguna baginya.” Dalam konteks menjaga perdamaian, kita perlu menyadari bahwa tidak semua perdebatan dan pertengkaran perlu diikuti. Kadangkala, lebih baik kita meninggalkan hal-hal yang tidak berguna dan memilih untuk menjaga hubungan yang harmonis. “Dalam hal ini, kami memohon kepada Allah untuk memberikan hikmah kepada semua orang yang memimpin dan membuat keputusan, untuk memilih jalan yang terbaik bagi umat manusia, dan untuk menetapkan perdamaian dan keadilan di dunia.” Hadits ini mengarahkan kita untuk selalu memohon petunjuk dan hikmah kepada Allah SWT dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan perdamaian dan keadilan. Terkadang, sikap bijaksana yang diambil dalam menjaga perdamaian membutuhkan waktu dan kesabaran. Namun, dengan memahami dan mengaplikasikan hadits-hadits tentang perdamaian, kita akan dapat membangun harmoni dalam hidup beragama dan menciptakan dunia yang lebih damai bagi seluruh umat manusia. Kesimpulan Perdamaian merupakan prinsip utama dalam beragama Islam. Sebagai umat Muslim, kita harus memahami dan mengaplikasikan hadits-hadits tentang perdamaian sebagai panduan untuk membina hubungan yang harmonis dan damai dengan sesama. Hadits-hadits tersebut menegaskan pentingnya menjaga perdamaian, menghindari perpecahan, memperbaiki hubungan yang rusak, dan mengambil sikap bijaksana dalam menjaga perdamaian. Dengan memahami dan mengaplikasikan hadits-hadits tersebut, kita akan dapat membangun harmoni dalam hidup beragama dan menciptakan dunia yang lebih damai bagi seluruh umat video ofHadits tentang Perdamaian Membangun Harmoni dalam Hidup Beragama
Kumpulanhadits tentang berbohong atau dusta dalam tulisan Arab, arti dan penjelasan Ulama, diantaranya hadits larangan berbohong walau bercanda dll. dia mengatakan suatu perkataan yang tidaklah dia maksudkan kecuali hanya untuk mengadakan perdamaian (perbaikan), Seseorang yang berbohong ketika dalam peperangan; dan Seorang suami yang
2. Firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 9 وَاِنْ طَاۤىِٕفَتٰنِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اقْتَتَلُوْا فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَاۚ فَاِنْۢ بَغَتْاِحْدٰىهُمَا عَلَى الْاُخْرٰى فَقَاتِلُوا الَّتِيْ تَبْغِيْ حَتّٰى تَفِيْۤءَ اِلٰٓى اَمْرِ اللّٰهِۖفَاِنْ فَاۤءَتْ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَاَقْسِطُوْا ۗاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ Artinya "Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali kepada perintah Allah, maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil." QS. Al-Hujurat 9. Baca Juga Terkena Santet? Begini 3 Ayat Al-Quran Penghancur Jin Asal Dukun 3. Sabda Rasulullah dalam HR. Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah الصُّلْحُ جَائِزٌ بَيْنَ الْمُسْلِمِيْنَ إِلاَّ صُلْحًا حَرَّّمَ حَلاَلاً أَوْ أَحَلَّ حَرَامًا وَالْمُسْلِمُوْنَ عَلَى شُُرُوْطِهِمْ إِلاَّ شَرْطًا حَرَّمَ حَلاَلاً أَوْ أَحَلَّ حَرَامًا Artinya
SuratTentang Menghargai Orang Lain. Hadits Rasul - Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, . "Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah adalah menghormati seorang muslim yang beruban/sudah tua". (HR. Abu Dawud, no. 4843) . Saudaraku, menghormati orang yang lebih tua usiannya.
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ أُنَاسًا مِنْ بَنِي عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ كَانَ بَيْنَهُمْ شَيْءٌ فَخَرَجَ إِلَيْهِمْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أُنَاسٍ مِنْ أَصْحَابِهِ يُصْلِحُ بَيْنَهُمْ فَحَضَرَتْ الصَّلَاةُ وَلَمْ يَأْتِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَ بِلَالٌ فَأَذَّنَ بِلَالٌ بِالصَّلَاةِ وَلَمْ يَأْتِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَ إِلَى أَبِي بَكْرٍ فَقَالَ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حُبِسَ وَقَدْ حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَهَلْ لَكَ أَنْ تَؤُمَّ النَّاسَ فَقَالَ نَعَمْ إِنْ شِئْتَ فَأَقَامَ الصَّلَاةَ فَتَقَدَّمَ أَبُو بَكْرٍ ثُمَّ جَاءَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمْشِي فِي الصُّفُوفِ حَتَّى قَامَ فِي الصَّفِّ الْأَوَّلِ فَأَخَذَ النَّاسُ بِالتَّصْفِيحِ حَتَّى أَكْثَرُوا وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ لَا يَكَادُ يَلْتَفِتُ فِي الصَّلَاةِ فَالْتَفَتَ فَإِذَا هُوَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَاءَهُ فَأَشَارَ إِلَيْهِ بِيَدِهِ فَأَمَرَهُ أَنْ يُصَلِّيَ كَمَا هُوَ فَرَفَعَ أَبُو بَكْرٍ يَدَهُ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ رَجَعَ الْقَهْقَرَى وَرَاءَهُ حَتَّى دَخَلَ فِي الصَّفِّ وَتَقَدَّمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَصَلَّى بِالنَّاسِ فَلَمَّا فَرَغَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِذَا نَابَكُمْ شَيْءٌ فِي صَلَاتِكُمْ أَخَذْتُمْ بِالتَّصْفِيحِ إِنَّمَا التَّصْفِيحُ لِلنِّسَاءِ مَنْ نَابَهُ شَيْءٌ فِي صَلَاتِهِ فَلْيَقُلْ سُبْحَانَ اللَّهِ فَإِنَّهُ لَا يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلَّا الْتَفَتَ يَا أَبَا بَكْرٍ مَا مَنَعَكَ حِينَ أَشَرْتُ إِلَيْكَ لَمْ تُصَلِّ بِالنَّاسِ فَقَالَ مَا كَانَ يَنْبَغِي لِابْنِ أَبِي قُحَافَةَ أَنْ يُصَلِّيَ بَيْنَ يَدَيْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abi Maryam telah menceritakan kepada kami Abu Ghossan berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Hazim dari Sahal bin Sa'ad radliallahu 'anhu; Bahwa orang-orang di kalangan suku Bani 'Amru bin 'Auf bin Al Harits telah terjadi maslah diantara mereka, maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersama sebagian sahabat Beliau pergi mendatangi mereka untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Kemudian Bilal mengumandangkan adzan untuk shalat namun Nabi shallallahu 'alaihi wasallam belum juga datang. Akhirnya Bilal menemui Abu Bakar radliallahu 'anhu seraya berkata Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah tertahan, sedangkan waktu shalat sudah masuk, apakah engkau bersedia memimpin orang-orang untuk shalat berjama'ah?. Dia Abu Bakar menjawab Ya bersedia, jika kamu menghendaki. Maka Bilal membacakan iqamat lalu Abu Bakar maju untuk memimpin shalat. Tak lama kemudian datang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berjalan di tengah-tengan shaf hingga berdiri di shaf pertama. Maka orang-orang memberi isyarat dengan bertepuk tangan hingga semakin ramai sedangkan Abu Bakar tidak bereaksi dalam shalatnya. Ketika orang-orang yang memberi tepukan semakin banyak, Abu Bakar baru berbalik dan ternyata ada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di belakangnya, lalu Beliau memberi isyarat dengan tangan Beliau untuk memerintahkan Abu Bakar meneruskan shalat seperti semula. Maka Abu Bakar mengangkat kedua tangannya lalu memuji Allah dan mensucikan-Nya kemudian dia mundur hingga masuk di barisan, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam maju untuk memimpin shalat berjama'ah. Setelah selesai Beliau berbalik menghadap jama'ah lalu bersabda Wahai sekalian manusia, jika kalian mendapatkan sesuatu dalam shalat, mengapa kalian melakukannya dengan bertepuk tangan?. Sesungguhnya bertepuk tangan itu adalah isyarat yang layak dilakukan kaum wanita. Maka siapa yang mendapatkan sesuatu yang keliru dalam shalat hendaklah mengucapkan subhaanallah, karena tidaklah seseorang mendengar ucapan subhaanallah kecuali dia harus memperhatikannya. Dan kamu wahai Abu Bakar, apa yang menghalangimu ketika aku sudah memberi isyarat kepadamu agar meneruskannya, mengapa kamu tidak melanjutkan shalat bersama orang banyak?. Maka Abu Bakar menjawab Tidak patut bagi putra Abu Quhafah memimpin shalat di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي أَنَّ أَنَسًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قِيلَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ أَتَيْتَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ أُبَيٍّ فَانْطَلَقَ إِلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَكِبَ حِمَارًا فَانْطَلَقَ الْمُسْلِمُونَ يَمْشُونَ مَعَهُ وَهِيَ أَرْضٌ سَبِخَةٌ فَلَمَّا أَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِلَيْكَ عَنِّي وَاللَّهِ لَقَدْ آذَانِي نَتْنُ حِمَارِكَ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ مِنْهُمْ وَاللَّهِ لَحِمَارُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَطْيَبُ رِيحًا مِنْكَ فَغَضِبَ لِعَبْدِ اللَّهِ رَجُلٌ مِنْ قَوْمِهِ فَشَتَمَهُ فَغَضِبَ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا أَصْحَابُهُ فَكَانَ بَيْنَهُمَا ضَرْبٌ بِالْجَرِيدِ وَالْأَيْدِي وَالنِّعَالِ فَبَلَغَنَا أَنَّهَا أُنْزِلَتْ { وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا } Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Mu'tamir berkata, aku mendengar bapakku bahwa Anas radliallahu 'anhu berkata Dikatakan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Sebaiknya Baginda menemui 'Abdullah bin Ubay. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menemuinya dengan menunggang keledai sedangkan Kaum Muslimin berangkat bersama Beliau dengan berjalan kaki melintasi tanah yang tandus. Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menemuinya, ia berkata Menjauhlah dariku, demi Allah, bau keledaimu menggangguku. Maka berkatalah seseorang dari kaum Anshar diantara mereka Demi Allah, sungguh keledai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lebih baik daripada kamu. Maka seseorang dari kaumnya marah demi membela 'Abdullah bin Ubay dan ia mencelanya sehingga marahlah setiap orang dari masing-masing kelompok. Saat itu kedua kelompok saling memukul dengan pelepah kurma, tangan, dan sandal. Kemudian sampai kepada kami bahwa telah turun ayat QS. Al Hujurat 10 yang artinya jika dua kelompok dari kaum muslimin berperang maka damaikanlah keduanya. حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ صَالِحٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّ حُمَيْدَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَخْبَرَهُ أَنَّ أُمَّهُ أُمَّ كُلْثُومٍ بِنْتَ عُقْبَةَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِي يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ فَيَنْمِي خَيْرًا أَوْ يَقُولُ خَيْرًا Telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'aziz bin 'Abdullah telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'ad dari Shalih dari Ibnu Syihab bahwa Humaid bin 'Abdurrahman mengabarkan kepadanya bahwa ibunya, Ummu Kultsum binti 'Uqbah mengabarkan kepadanya bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda Bukanlah disebut pendusta orang yang menyelesaikan perselisihan diantara manusia lalu dia menyampaikan hal hal yang baik dari satu pihak yang bertikai atau dia berkata, hal hal yang baik. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأُوَيْسِيُّ وَإِسْحَاقُ بْنُ مُحَمَّدٍ الْفَرْوِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ أَهْلَ قُبَاءٍ اقْتَتَلُوا حَتَّى تَرَامَوْا بِالْحِجَارَةِ فَأُخْبِرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَلِكَ فَقَالَ اذْهَبُوا بِنَا نُصْلِحُ بَيْنَهُمْ Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Abdullah telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'aziz bin 'Abdullah Al Uwaisiy dan Ishaq bin Muhammad Al Farwiy keduanya berkata, telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ja'far dari Abu Hazim dari Sahal bin Sa'ad radliallahu 'anhu bahwa penduduk Quba' telah bertikai hingga saling melempar dengan batu, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dikabarkan tentang peristiwa itu, maka Beliau bersabda Mari kalian pergi bersama kami untuk mendamaikan mereka. حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا { وَإِنْ امْرَأَةٌ خَافَتْ مِنْ بَعْلِهَا نُشُوزًا أَوْ إِعْرَاضًا } قَالَتْ هُوَ الرَّجُلُ يَرَى مِنْ امْرَأَتِهِ مَا لَا يُعْجِبُهُ كِبَرًا أَوْ غَيْرَهُ فَيُرِيدُ فِرَاقَهَا فَتَقُولُ أَمْسِكْنِي وَاقْسِمْ لِي مَا شِئْتَ قَالَتْ فَلَا بَأْسَ إِذَا تَرَاضَيَا Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'ad telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Hisyam bin 'Urwah dari bapaknya dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa ayat yang berbunyi QS An-Nisaa 128 Apabila seorang isteri takut suaminya akan berbuat nusyuz tidak mau menggaulinya atau berlaku kasar terhadapnya, dia 'Aisyah radliallahu 'anha berkata Itu adalah seorang suami yang melihat pada isterinya apa-apa yang tidak menyenangkannya berupa pelanggaran dosa besar atau lainnya lalu dia berniat menceraikan isterinya lalu isterinya itu berkata Pertahankanlah aku dan bersumpahlah kepadaku terserah apa saja yang kamu kehendaki. 'Aisyah radliallahu 'anha berkata Maka tidak berdosa bila keduanya saling ridho. حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَزَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَا جَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ اقْضِ بَيْنَنَا بِكِتَابِ اللَّهِ فَقَامَ خَصْمُهُ فَقَالَ صَدَقَ اقْضِ بَيْنَنَا بِكِتَابِ اللَّهِ فَقَالَ الْأَعْرَابِيُّ إِنَّ ابْنِي كَانَ عَسِيفًا عَلَى هَذَا فَزَنَى بِامْرَأَتِهِ فَقَالُوا لِي عَلَى ابْنِكَ الرَّجْمُ فَفَدَيْتُ ابْنِي مِنْهُ بِمِائَةٍ مِنْ الْغَنَمِ وَوَلِيدَةٍ ثُمَّ سَأَلْتُ أَهْلَ الْعِلْمِ فَقَالُوا إِنَّمَا عَلَى ابْنِكَ جَلْدُ مِائَةٍ وَتَغْرِيبُ عَامٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَأَقْضِيَنَّ بَيْنَكُمَا بِكِتَابِ اللَّهِ أَمَّا الْوَلِيدَةُ وَالْغَنَمُ فَرَدٌّ عَلَيْكَ وَعَلَى ابْنِكَ جَلْدُ مِائَةٍ وَتَغْرِيبُ عَامٍ وَأَمَّا أَنْتَ يَا أُنَيْسُ لِرَجُلٍ فَاغْدُ عَلَى امْرَأَةِ هَذَا فَارْجُمْهَا فَغَدَا عَلَيْهَا أُنَيْسٌ فَرَجَمَهَا Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Dza'bi telah menceritakan kepada kami Az Zuhriy dari 'Ubaidullah bin 'Abdullah dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dan Zaid bin Khalid Al Juhaniy radliallahu 'anhuma, keduanya berkata; Datang seorang Arab Baduy lalu berkata "Wahai Rasulullah, putuskan perkara diantara kami dengan Kitab Allah. Lalu lawan sengketanya berdiri seraya berkata "Dia benar, putuskan perkara diantara kami dengan Kitab Allah". Berkata Arab Baduy itu "Sesunguhnya anakku adalah seorang yang bekerja pada orang ini lalu dia berzina dengan isterinya. Kemudian mereka berkata kepadaku "Anakmu wajib dirajam". Lalu aku tebus anakku dengan seratus ekor kambing dan seorang hamba sahaya, kemudian aku bertanya kepada ahli ilmu maka mereka berkata "Sesunguhnya atas anakmu cukup dicambuk seratus kali dan diasingkan selama setahun". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Aku putuskan buat kalian berdua dengan menggunakan Kitab Allah. Adapun hamba sahaya dan kambing seharusnya dikembalikan kepadamu dan untuk anakmu dikenakan hukum cambuk sebanyak seratus kali dan diasingkan selama setahun. Adapun kamu, wahai Unais, -yaitu seorang sahabat bani Aslam- datangilah si wanita dan rajamlah dia! Maka Unais berangkat dan merajam si wanita. حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ رَوَاهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ الْمَخْرَمِيُّ وَعَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ أَبِي عَوْنٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ Telah menceritakan kepada kami Ya'qub telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Sa'ad dari bapaknya dari Al Qasim bin Muhammad dari 'Aisyah radliallahu 'anha berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda Siapa yang membuat perkara baru dalam urusan kami ini yang tidak ada perintahnya maka perkara itu tertolak. Diriwayatkan pula oleh 'Abdullah bin Ja'far Al Makhramiy dan 'Abdul Wahid bin Abu 'Aun dari Sa'ad bin Ibrahim. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ قَالَ سَمِعْتُ الْبَرَاءَ بْنَ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ لَمَّا صَالَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَهْلَ الْحُدَيْبِيَةِ كَتَبَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ بَيْنَهُمْ كِتَابًا فَكَتَبَ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ فَقَالَ الْمُشْرِكُونَ لَا تَكْتُبْ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ لَوْ كُنْتَ رَسُولًا لَمْ نُقَاتِلْكَ فَقَالَ لِعَلِيٍّ امْحُهُ فَقَالَ عَلِيٌّ مَا أَنَا بِالَّذِي أَمْحَاهُ فَمَحَاهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ وَصَالَحَهُمْ عَلَى أَنْ يَدْخُلَ هُوَ وَأَصْحَابُهُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَا يَدْخُلُوهَا إِلَّا بِجُلُبَّانِ السِّلَاحِ فَسَأَلُوهُ مَا جُلُبَّانُ السِّلَاحِ فَقَالَ الْقِرَابُ بِمَا فِيهِ Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Ghundar telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Abu Ishaq berkata, aku mendengar Al Bara' bin 'azib radliallahu 'anhuma berkata; Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengadakan perjanjian damai dengan penduduk Hudaibiyah, 'Ali bin Abu Thalib adalah juru tulis sekretaris yang menulis surat perjanjian yang dibuat diantara mereka, dalam ikrar itu dia menulis Muhammad Rasulullah, maka kaum Musyrikin berkata Jangan kamu tulis Muhammad Rasulullah, sebab seandainya kamu seorang rasul tentu kami tidak akan memerangimu. Maka Beliau berkata, kepada 'Ali Hapuslah. Maka 'Ali berkata Aku tidak mau menjadi orang yang menghapusnya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menghapusnya dengan tangan Beliau. Lalu Beliau membuat perjanjian dengan mereka, yang isinya Beliau dan para sahabat boleh memasuki kota selama tiga hari dan mereka tidak memasukinya kecuali dalam keadaan pedang-pedang mereka ditutupi dalam sarung . Mereka bertanya kepada Beliau Apa maksudnya menutupi senjata? Maka Beliau menjawab Dimasukkan kedalam sarungnya. حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ إِسْرَائِيلَ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ اعْتَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي ذِي الْقَعْدَةِ فَأَبَى أَهْلُ مَكَّةَ أَنْ يَدَعُوهُ يَدْخُلُ مَكَّةَ حَتَّى قَاضَاهُمْ عَلَى أَنْ يُقِيمَ بِهَا ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَتَبُوا الْكِتَابَ كَتَبُوا هَذَا مَا قَاضَى عَلَيْهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ فَقَالُوا لَا نُقِرُّ بِهَا فَلَوْ نَعْلَمُ أَنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ مَا مَنَعْنَاكَ لَكِنْ أَنْتَ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ أَنَا رَسُولُ اللَّهِ وَأَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ ثُمَّ قَالَ لِعَلِيٍّ امْحُ رَسُولُ اللَّهِ قَالَ لَا وَاللَّهِ لَا أَمْحُوكَ أَبَدًا فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكِتَابَ فَكَتَبَ هَذَا مَا قَاضَى عَلَيْهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ لَا يَدْخُلُ مَكَّةَ سِلَاحٌ إِلَّا فِي الْقِرَابِ وَأَنْ لَا يَخْرُجَ مِنْ أَهْلِهَا بِأَحَدٍ إِنْ أَرَادَ أَنْ يَتَّبِعَهُ وَأَنْ لَا يَمْنَعَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِهِ أَرَادَ أَنْ يُقِيمَ بِهَا فَلَمَّا دَخَلَهَا وَمَضَى الْأَجَلُ أَتَوْا عَلِيًّا فَقَالُوا قُلْ لِصَاحِبِكَ اخْرُجْ عَنَّا فَقَدْ مَضَى الْأَجَلُ فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَبِعَتْهُمْ ابْنَةُ حَمْزَةَ يَا عَمِّ يَا عَمِّ فَتَنَاوَلَهَا عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَأَخَذَ بِيَدِهَا وَقَالَ لِفَاطِمَةَ عَلَيْهَا السَّلَام دُونَكِ ابْنَةَ عَمِّكِ حَمَلَتْهَا فَاخْتَصَمَ فِيهَا عَلِيٌّ وَزَيْدٌ وَجَعْفَرٌ فَقَالَ عَلِيٌّ أَنَا أَحَقُّ بِهَا وَهِيَ ابْنَةُ عَمِّي وَقَالَ جَعْفَرٌ ابْنَةُ عَمِّي وَخَالَتُهَا تَحْتِي وَقَالَ زَيْدٌ ابْنَةُ أَخِي فَقَضَى بِهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِخَالَتِهَا وَقَالَ الْخَالَةُ بِمَنْزِلَةِ الْأُمِّ وَقَالَ لِعَلِيٍّ أَنْتَ مِنِّي وَأَنَا مِنْكَ وَقَالَ لِجَعْفَرٍ أَشْبَهْتَ خَلْقِي وَخُلُقِي وَقَالَ لِزَيْدٍ أَنْتَ أَخُونَا وَمَوْلَانَا Telah bercerita kepada kami 'Ubaidullah bin Musa dari Isra'il dari Ibnu Ishaq dari Al Bara' bin 'Azib radliallahu 'anhu berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan 'umrah pada bulan Dzul Qo'dah tapi penduduk Makkah menolak memberikan izin masuk Beliau hingga Beliau bersepakat membuat perjanjian dengan mereka dimana Beliau boleh tinggal di Makkah selama tiga hari. Ketika mereka menulis surat perjanjian, mereka menulis Ini adalah keputusan yang ditetapkan oleh Muhammad Rasulullah. Maka kaum Musyrikin berkata Kami tidak setuju, sebab seandainya kami mengetahui bahwa kamu adalah Rasulullah, tentu kami tidak akan menghalangimu, tapi kamu adalah Muhammad bin 'Abdullah. Beliau berkata Aku adalah Rasulullah dan aku adalah Muhammad bin 'Abdullah. Kemudian Beliau berkata kepada 'Ali Hapuslah kalimat Muhammad Rasulullah. 'Ali berkata Demi Allah, aku tidak akan menghapusnya untuk selamanya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengambil surat perjanjian itu lalu menuliskan Ini adalah keputusan yang ditetapkan oleh Muhammad bin 'Abdullah dimana dia tidak boleh memasuki kota Makkah dengan membawa senjata kecuali dimasukkan kedalam sarungnya dan agar jangan keluar seorangpun dari penduduknya dengan mengikuti seseorang jika dia hendak mengikutinya, dan janganlah dihalangi seorangpun dari shahabat-shahabatnya bila ada yang berkehendak tinggal di Makkah. Ketika Beliau sudah memasuki kota Makkah dan batas waktunya sudah habis, orang-orang Musyrik menemui 'Ali dan berkata Katakan kepada temanmu itu, keluarlah dari kami karena batas waktunya sudah habis. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar lalu Beliau diikuti oleh putri dari Hamzah dengan berkata Wahai paman, wahai paman. Maka 'Ali bin Abu Tholib menarik anak itu dan mengambilnya dengan tangannya lalu berkata kepada Fathimah 'alaihas salam Kamu jaga anak pamanmu ini. Maka Fathimah membawanya. Lalu 'Ali, Zaid dan Ja'far bertikai dalam persoalan anak itu. 'Ali berkata Aku yang paling berhak atas anak ini, karena dia adalah putri pamanku. Sedangkan Ja'far berkata 'Dia putri dari pamanku dan bibinya ada dalam tanggunganku. Adapun Zaid berkata Dia putri dari saudaraku. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memutuskan anak itu menjadi hak bibinya lalu bersabda Seorang bibi kedudukannya sama dengan ibu. Lalu Beliau bersabda kepada 'Ali Kamu dariku dan aku darimu. Dan Kepada Ja'far Beliau bersabda Kamu serupa dengan rupa dan akhlaqku Dan Beliau bersabda pula kepada Zaid Kamu adalah saudara kami dan maula kami. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا سُرَيْجُ بْنُ النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ مُعْتَمِرًا فَحَالَ كُفَّارُ قُرَيْشٍ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ فَنَحَرَ هَدْيَهُ وَحَلَقَ رَأْسَهُ بِالْحُدَيْبِيَةِ وَقَاضَاهُمْ عَلَى أَنْ يَعْتَمِرَ الْعَامَ الْمُقْبِلَ وَلَا يَحْمِلَ سِلَاحًا عَلَيْهِمْ إِلَّا سُيُوفًا وَلَا يُقِيمَ بِهَا إِلَّا مَا أَحَبُّوا فَاعْتَمَرَ مِنْ الْعَامِ الْمُقْبِلِ فَدَخَلَهَا كَمَا كَانَ صَالَحَهُمْ فَلَمَّا أَقَامَ بِهَا ثَلَاثًا أَمَرُوهُ أَنْ يَخْرُجَ فَخَرَجَ Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Rofi' telah bercerita kepada kami Suraij bin an-Nu'man telah bercerita kepada kami Fulaih dari Nafi' dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar untuk melaksanakan 'umrah namun dihadang oleh orang-orang Kafir Quraisy menuju Baitulloh. Akhirnya Beliau menyembelih hewan kurbannya, mencukur rambut di Hudaibiyah lalu membuat perjanjian dengan mereka dengan ketentuan bahwa Beliau baru boleh melaksanakan 'umrah tahun depan dan tidak boleh membawa senjata kecuali pedang dan tidak boleh tinggal di Makkah kecuali terserah apa yang mereka suka. Maka Beliau melaksanakan 'umrah pada tahun depannya lalu Beliau memasuki kota Makkah sebagaimana isi perjanjian dengan mereka. Ketika Beliau sudah tinggal disana selama tiga hari maka mereka memerintahkan agar Beliau keluar. Maka Beliau pun keluar. حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا بِشْرٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ بُشَيْرِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ أَبِي حَثْمَةَ قَالَ انْطَلَقَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَهْلٍ وَمُحَيِّصَةُ بْنُ مَسْعُودِ بْنِ زَيْدٍ إِلَى خَيْبَرَ وَهِيَ يَوْمَئِذٍ صُلْحٌ Telah bercerita kepada kami Musaddad telah bercerita kepada kami Bisyir telah bercerita kepada kami Yahya dari Busyair binYasar dari Sahal bin Abi Hatsmah berkata; 'Abdullah bin Sahal pergi bersama Muhayyishoh bin Mas'ud bin Zaid menuju Khaibar yang ketika itu terjadi perjanjian. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي حُمَيْدٌ أَنَّ أَنَسًا حَدَّثَهُمْ أَنَّ الرُّبَيِّعَ وَهِيَ ابْنَةُ النَّضْرِ كَسَرَتْ ثَنِيَّةَ جَارِيَةٍ فَطَلَبُوا الْأَرْشَ وَطَلَبُوا الْعَفْوَ فَأَبَوْا فَأَتَوْا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَرَهُمْ بِالْقِصَاصِ فَقَالَ أَنَسُ بْنُ النَّضْرِ أَتُكْسَرُ ثَنِيَّةُ الرُّبَيِّعِ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَا وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَا تُكْسَرُ ثَنِيَّتُهَا فَقَالَ يَا أَنَسُ كِتَابُ اللَّهِ الْقِصَاصُ فَرَضِيَ الْقَوْمُ وَعَفَوْا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ مَنْ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ زَادَ الْفَزَارِيُّ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ فَرَضِيَ الْقَوْمُ وَقَبِلُوا الْأَرْشَ Telah bercerita kepada kami Muhammad bin 'Abdullah Al Anshoriy berkata telah bercerita kepadaku Humaid bahwa Anas bercerita kepada mereka bahwa Ar Rubayyi', -dia adalah putri dari AnNadhar- mematahkan gigi depan seorang anak perempuan lalu mereka meminta ganti rugi, namun mereka menolaknya hingga akhirnya mereka kedua kaum itu menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Beliau memerintahkan mereka untuk menegakkan qishosh tuntutan balas yang setimpal. Maka Anas bin an-Nadhar berkata Apakah kami harus mematahkan gigi depannya ar-Rubayyi' wahai Rasulullah? Demi Dzat yang mengutus Tuan dengan benar, kami tidak akan mematahkan giginya. Maka Beliau berkata Wahai Anas, di dalam Kitab Allah ada ketetapan qishosh Allah yang menetapkan qishosh . Maka kaum itu ridha lalu memaafkannya. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah ada hamba yang apabila bersumpah dia memenuhinya. Al Fazariy menambahkan dari Humaid dari Anas Maka kaum itu ridha dan menerima ganti ruginya. حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ سَمِعْتُ الْحَسَنَ يَقُولُ اسْتَقْبَلَ وَاللَّهِ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ مُعَاوِيَةَ بِكَتَائِبَ أَمْثَالِ الْجِبَالِ فَقَالَ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ إِنِّي لَأَرَى كَتَائِبَ لَا تُوَلِّي حَتَّى تَقْتُلَ أَقْرَانَهَا فَقَالَ لَهُ مُعَاوِيَةُ وَكَانَ وَاللَّهِ خَيْرَ الرَّجُلَيْنِ أَيْ عَمْرُو إِنْ قَتَلَ هَؤُلَاءِ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ هَؤُلَاءِ مَنْ لِي بِأُمُورِ النَّاسِ مَنْ لِي بِنِسَائِهِمْ مَنْ لِي بِضَيْعَتِهِمْ فَبَعَثَ إِلَيْهِ رَجُلَيْنِ مِنْ قُرَيْشٍ مِنْ بَنِي عَبْدِ شَمْسٍ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَامِرِ بْنِ كُرَيْزٍ فَقَالَ اذْهَبَا إِلَى هَذَا الرَّجُلِ فَاعْرِضَا عَلَيْهِ وَقُولَا لَهُ وَاطْلُبَا إِلَيْهِ فَأَتَيَاهُ فَدَخَلَا عَلَيْهِ فَتَكَلَّمَا وَقَالَا لَهُ فَطَلَبَا إِلَيْهِ فَقَالَ لَهُمَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ إِنَّا بَنُو عَبْدِ الْمُطَّلِبِ قَدْ أَصَبْنَا مِنْ هَذَا الْمَالِ وَإِنَّ هَذِهِ الْأُمَّةَ قَدْ عَاثَتْ فِي دِمَائِهَا قَالَا فَإِنَّهُ يَعْرِضُ عَلَيْكَ كَذَا وَكَذَا وَيَطْلُبُ إِلَيْكَ وَيَسْأَلُكَ قَالَ فَمَنْ لِي بِهَذَا قَالَا نَحْنُ لَكَ بِهِ فَمَا سَأَلَهُمَا شَيْئًا إِلَّا قَالَا نَحْنُ لَكَ بِهِ فَصَالَحَهُ فَقَالَ الْحَسَنُ وَلَقَدْ سَمِعْتُ أَبَا بَكْرَةَ يَقُولُ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَالْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ إِلَى جَنْبِهِ وَهُوَ يُقْبِلُ عَلَى النَّاسِ مَرَّةً وَعَلَيْهِ أُخْرَى وَيَقُولُ إِنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ عَظِيمَتَيْنِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ قَالَ لِي عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ إِنَّمَا ثَبَتَ لَنَا سَمَاعُ الْحَسَنِ مِنْ أَبِي بَكْرَةَ بِهَذَا الْحَدِيثِ Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Muhammad telah bercerita kepada kami Sufyan dari Abu Musa berkata aku mendengar Al Hasan berkata; Demi Allah, Al Hasan bin 'Ali menghadap Mu'awiyah dengan membawa pasukan yang jumlahnya hampir sebanyak gunung lalu 'Amru bin Al 'Ash berkata; Sungguh aku melihat pasukan yang tidak akan berpaling melainkan akan memerangi lawannya. Maka Mu'awiyah berkata kepadanya, demi Allah dia adalah orang terbaik dari dua orang yang ada, maksudnya 'Amru Seandainya mereka berperang satu sama lain yang ini menghadapi mereka dan mereka menghadapi yang ini lalu siapa orang yang akan mengurus mereka dan siapa yang akan menanggung istri-istri mereka dan siapa pula yang akan mengurus sawah ladang mereka. Maka Mu'awiyah mengutus dua orang laki-laki dari Quraisy dari suku Bani 'Abdi Syams 'Abdur Rahman bin Samrah dan 'Abdullah bin 'Amir bin Kuraiz seraya berkata; Pergilah kalian berdua menemui orang ini dan tawarkan kepadanya dan katakan dan mintalah kepadanya. Maka dua orang itu menemuinya dan masuk lalu berbicara dan berkata serta meminta. Maka Al Hasan bin 'Ali berkata kepada keduanya; Kami ini Banu 'Abdul Muthallib dimana kami telah mendapatkan harta benda dan sesungguhnya ummat ini sudah saling berperang dengan menunmpahkan darah-darah merka. Kedua utusan berkata; Sesungguhnya dia menawarkan kepada anda begini begini dan mencari penyelesaian serta meminta kepada anda. Dia berkata; Siapa yang bisa membantuku dalam perkara ini? Kedua utusan berkata; Kami yang dapat membantu anda untuk menyampaikan kepadanya. Maka Al Hasan tidak meminta kepada keduanya melainkan keduanya berkata; Kamilah yang akan membantu anda dan dia mau berdamai. Maka Al Hasan berkata; Sungguh aku telah mendengar Abu Bakrah berkata; Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di atas mimbar sedangkan Al Hasan bin 'Ali ada di samping beliau sementara beliau sesekali memandang ke hadapan orang banyak dan sesekali memandang kepadanya lalu bersabda Sesungguhnya anakku ini adalah sayyid pemimpin dan semoga Allah akan mendamaikan dua kelompok besar kaum Muslimin lewat tangannya. Berkata Abu 'Abdullah Al Bukhariy; berkata kepadaku 'Ali bin 'Abdullah; Sesungguhnya riwayat ini kami tetapkan berdasarkan apa yang didengar Al Hasan dari Abu Bakrah dengan lafazh hadits ini. حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَخِي عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي الرِّجَالِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ أُمَّهُ عَمْرَةَ بِنْتَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَتْ سَمِعْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا تَقُولُ سَمِعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَوْتَ خُصُومٍ بِالْبَابِ عَالِيَةٍ أَصْوَاتُهُمَا وَإِذَا أَحَدُهُمَا يَسْتَوْضِعُ الْآخَرَ وَيَسْتَرْفِقُهُ فِي شَيْءٍ وَهُوَ يَقُولُ وَاللَّهِ لَا أَفْعَلُ فَخَرَجَ عَلَيْهِمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيْنَ الْمُتَأَلِّي عَلَى اللَّهِ لَا يَفْعَلُ الْمَعْرُوفَ فَقَالَ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَهُ أَيُّ ذَلِكَ أَحَبَّ Telah bercerita kepada kami Isma'il bin Abi Uwais berkata telah bercerita kepadaku saudaraku dari Sulaiman dari Yahya bin Sa'id dari Abu ar-Rijal Muhammad bin 'Abdur Rahman bahwa ibunya, 'Amrah binti 'Abdur Rahman berkata aku mendengar 'Aisyah radliallahu 'anha berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendengar suara pertengkaran di depan pintu, suara keduanya saling meninngi. Dan ternyata salah satu diantara keduanya meminta lawannya agar merendah dan berbuat baik kepadanya tentang sesuatu, sementara yang satu berkata Demi Allah aku tidak mau melakukannya. Maka kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar menemui keduanya lalu berkata Siapa orangnya yang tadi bersumpah kepada Allah tidak akan berbuat baik? Maka seorang darinya berkata Aku wahai Rasulullah, sekarang terserah baginya apa yang dia suka. حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ رَبِيعَةَ عَنْ الْأَعْرَجِ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ كَانَ لَهُ عَلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي حَدْرَدٍ الْأَسْلَمِيِّ مَالٌ فَلَقِيَهُ فَلَزِمَهُ حَتَّى ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُهُمَا فَمَرَّ بِهِمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا كَعْبُ فَأَشَارَ بِيَدِهِ كَأَنَّهُ يَقُولُ النِّصْفَ فَأَخَذَ نِصْفَ مَا لَهُ عَلَيْهِ وَتَرَكَ نِصْفًا Telah bercerita kepada kami Yahya bin Bukair telah bercerita kepada kami Al Laits dari Ja'far bin Rabi'ah dari Al A'raj berkata telah bercerita kepadaku 'Abdullah bin Ka'ab bin Malik dari Ka'ab bin Malik bahwa dia mempunyai sangkutan harta dengan 'Abdullah bin Abi Hadrad Al Aslamiy lalu dia menemuinya dan menagihnya hingga terjadi pertengkaran yang ditandai dengan suara keras dari keduanya. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam lewat di hadapan keduanya seraya bersabda Wahai Ka'ab, lalu Beliau memberi isyarat dengan tangan Beliau seakan Beliau berkata setengahnya. Maka Ka'ab mengambil serengah dari hartanya dan meninggalkan setengahnya lagi. حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ هَمَّامٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّه صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ سُلَامَى مِنْ النَّاس عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ يَعْدِلُ بَيْنَ النَّاسِ صَدَقَةٌ Telah bercerita kepada kami Ishaq bin Manshur telah mengabarkan kepada kami 'Abdur Rozaq telah mengabarkan kepada kami Ma'amr dari Hammam dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda Setiap ruas tulang pada manusia wajib atasnya shadaqah dan setiap hari terbitnya matahari di mana seseorang mendamaikan antara manusia maka terhitung sebagai shadaqah. حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ أَنَّ الزُّبَيْرَ كَانَ يُحَدِّثُ أَنَّهُ خَاصَمَ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَارِ قَدْ شَهِدَ بَدْرًا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شِرَاجٍ مِنْ الْحَرَّةِ كَانَا يَسْقِيَانِ بِهِ كِلَاهُمَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلْزُّبَيْرِ اسْقِ يَا زُبَيْرُ ثُمَّ أَرْسِلْ إِلَى جَارِكَ فَغَضِبَ الْأَنْصَارِيُّ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ آنْ كَانَ ابْنَ عَمَّتِكَ فَتَلَوَّنَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ اسْقِ ثُمَّ احْبِسْ حَتَّى يَبْلُغَ الْجَدْرَ فَاسْتَوْعَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَئِذٍ حَقَّهُ لِلْزُّبَيْرِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ ذَلِكَ أَشَارَ عَلَى الزُّبَيْرِ بِرَأْيٍ سَعَةٍ لَهُ وَلِلْأَنْصَارِيِّ فَلَمَّا أَحْفَظَ الْأَنْصَارِيُّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَوْعَى لِلْزُّبَيْرِ حَقَّهُ فِي صَرِيحِ الْحُكْمِ قَالَ عُرْوَةُ قَالَ الزُّبَيْرُ وَاللَّهِ مَا أَحْسِبُ هَذِهِ الْآيَةَ نَزَلَتْ إِلَّا فِي ذَلِكَ { فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ } الْآيَةَ Telah bercerita kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhriy berkata telah bercerita kepadaku 'Urwah bin Az Zubair bahwa Az Zubair pernah bercerita bahwa dia pernah bersengketa dengan seseorang dari kaum Anshor yang pernah ikut dalam perang Badar kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang masalah saluran air di Al Harrah dimana keduanya sama-sama saling menyiram kebun mereka darinya Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada Az Zubair Siramlah kebunmu darinya wahai Zubair lalu alirkanlah ke tetanggamu. Maka orang Anshor itu marah seraya berkata Wahai Rasulullah, Tuan bela dia karena dia anak dari bibi Tuan. Maka wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berubah kemudian Beliau berkata Siramlah kebunmu darinya kemudian tahanlah air itu hingga memenuhi kebun. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam saat itu memutuskan untuk mememnuhi hak Zubair padahal sebelumnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi isyarat kepada Zubair agar memberi kelapangan bagi orang Anshor itu. Ketika orang Anshor itu tidak menerima maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengembalikan hak Zubair sepenuhnya sesuai hukum yang semestiya. 'Urwah berkata; Az Zubair berkata Demi Allah, tidaklah aku menduga ayat ini turun melainkan dalam perkara ini Maka demi Tuhanmu, mereka pada hakekatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan…. Ayat 65 dari surah an-Nisaa' حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ وَهْبِ بْنِ كَيْسَانَ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ تُوُفِّيَ أَبِي وَعَلَيْهِ دَيْنٌ فَعَرَضْتُ عَلَى غُرَمَائِهِ أَنْ يَأْخُذُوا التَّمْرَ بِمَا عَلَيْهِ فَأَبَوْا وَلَمْ يَرَوْا أَنَّ فِيهِ وَفَاءً فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ إِذَا جَدَدْتَهُ فَوَضَعْتَهُ فِي الْمِرْبَدِ آذَنْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَ وَمَعَهُ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ فَجَلَسَ عَلَيْهِ وَدَعَا بِالْبَرَكَةِ ثُمَّ قَالَ ادْعُ غُرَمَاءَكَ فَأَوْفِهِمْ فَمَا تَرَكْتُ أَحَدًا لَهُ عَلَى أَبِي دَيْنٌ إِلَّا قَضَيْتُهُ وَفَضَلَ ثَلَاثَةَ عَشَرَ وَسْقًا سَبْعَةٌ عَجْوَةٌ وَسِتَّةٌ لَوْنٌ أَوْ سِتَّةٌ عَجْوَةٌ وَسَبْعَةٌ لَوْنٌ فَوَافَيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَغْرِبَ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لَهُ فَضَحِكَ فَقَالَ ائْتِ أَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ فَأَخْبِرْهُمَا فَقَالَا لَقَدْ عَلِمْنَا إِذْ صَنَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا صَنَعَ أَنْ سَيَكُونُ ذَلِكَ وَقَالَ هِشَامٌ عَنْ وَهْبٍ عَنْ جَابِرٍ صَلَاةَ الْعَصْرِ وَلَمْ يَذْكُرْ أَبَا بَكْرٍ وَلَا ضَحِكَ وَقَالَ وَتَرَكَ أَبِي عَلَيْهِ ثَلَاثِينَ وَسْقًا دَيْنًا وَقَالَ ابْنُ إِسْحَاقَ عَنْ وَهْبٍ عَنْ جَابِرٍ صَلَاةَ الظُّهْرِ Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Basysyar telah bercerita kepada kami 'Abdul Wahhab telah bercerita kepada kami 'Ubaidullah dari Wahb bin Kaisan dari Jabir bin 'Abdullah radliallahu 'anhuma berkata Bapakku meninggal dunia dan memiliki hutang lalu aku tawarkan kepada para piutangnya untuk mengambil kurma miliknya sebanding dengan hutangnya namun mereka menolaknya dan menganggap bahwa hal itu belum cukup lunas. Lalu aku menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan aku ceritakan hal itu maka Beliau berkata Jika kamu hendak memanen kurmamu lalu kamu letakkan dalam sebuah loyang maka beritahulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka Beliau datang bersama dengan Abu Bakar dan 'Umar lalu Beliau duduk di loyang tersebut seraya mendoakan keberkahan kemudian Beliau berkata Panggilah para piutang kamu itu lalu lunasilah. Maka tidak ada satupun orang yang bapakku berhutang padanya melainkan telah aku lunasi dan masih tersisa tiga belas wasaq dari kurma 'ajwah sebanyak tujuh wasaq dan kurma lain enam wasaq atau enam wasaq kurma 'ajwah dan tujuh wasaq kurma jenis lain. Lalu aku memenuhi shalat maghrib bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan akupun menceritakan hal itu kepadanya, maka beliau tersenyum, dan bersabda; temuilah Abu Bakar dan Umar lalu bertahukan hal itu kepadanya. Maka keduanya berkata 'Sungguh kami telah tahu bahwa bila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berbuat pasti akan terjadi. Dan berkata Hisyam dari Wahb dari Jabir Sholat 'Ashar dan tidak menyebut Abu Bakar dan tidak juga disebutkan Beliau tersenyum. Dan dia berkata Dan bapakku meninggalkan hutang sebanyak tiga puluh wasaq. Dan berkata Ibnu Ishaq dari Wahb dari Jabir Sholat azh-Zhuhur. حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ وَقَالَ اللَّيْثُ حَدَّثَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ كَعْبٍ أَنَّ كَعْبَ بْنَ مَالِكٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ تَقَاضَى ابْنَ أَبِي حَدْرَدٍ دَيْنًا كَانَ لَهُ عَلَيْهِ فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ فَارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُهُمَا حَتَّى سَمِعَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي بَيْتٍ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَيْهِمَا حَتَّى كَشَفَ سِجْفَ حُجْرَتِهِ فَنَادَى كَعْبَ بْنَ مَالِكٍ فَقَالَ يَا كَعْبُ فَقَالَ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَأَشَارَ بِيَدِهِ أَنْ ضَعْ الشَّطْرَ فَقَالَ كَعْبٌ قَدْ فَعَلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُمْ فَاقْضِهِ Telah bercerita kepada kami 'Abdullah bin Muhammad telah bercerita kepada kami 'Utsman bin 'Umar telah mengabarkan kepada kami Yunus, dan berkata Al Laits telah bercerita kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab telah bercerita kepadaku 'Abdullah bin Ka'ab bahwa Ka'ab bin Malik mengabarkan kepadanya bahwa dia pernah menagih hutang Ibnu Abi Hadrad kepadanya di dalam masjid di masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu suara keduanya meninggi hingga terdengar oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang sedang berada di rumah. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar menemui keduanya dengan menyingkap tabir kamar Beliau dan memanggil Ka'ab bin Malik seraya berkata Wahai Ka'ab. Maka Ka'ab menjawab Ya, wahai Rasulullah. Maka Beliau memberi isyarat dengan tangan, agar Ka'ab merelakan setengahnya. Maka Ka'ab berkata Aku sudah menawarkannya wahai Rasulullah. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda Bangkit dan laksanakanlah. Share
Telahmenceritakan kepada kami Muhammad bin 'Abdullah telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'aziz bin 'Abdullah Al Uwaisiy dan Ishaq bin Muhammad Al Farwiy keduanya berkata, telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ja'far dari Abu Hazim dari Sahal bin Sa'ad radliallahu 'anhu bahwa penduduk Quba' telah bertikai hingga saling melempar dengan batu, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dikabarkan tentang peristiwa itu, maka Beliau bersabda: Mari kalian pergi bersama kami untuk
SRAGEN UPDATE – Allah dan Rasul-rasulnya sangat membenci permusuhan dan pertikaian yang terjadi antar-sesama manusia, terlebih sesama muslim. Maka dari itu, Allah bertindak tegas melalui firman-nya yang tertuang dalam Alquran agar semua manusia dapat berlaku damai dan menghindari permusuhan. Hal itu pun diajarkan Rasulullah dalam sabda-sabdanya. Berikut lima 5 dalil naqli ayat alquran dan hadits yang berbicara tentang perdamaian dan menjauhi permusuhan yang termasuk dalam Fiqih Muamalah Bab Shulh Perdamaian Baca Juga Tahukah Kamu Bahwa Jin Bisa Masuk Surga? Berikut Penjelasan Menurut Alquran Serta Alasan dan Kisahnya 1. Firman Allah dalam potongan QS. An-Nisa ayat 128 وَالصُّلْحُ خَيْرٌ Artinya “Perdamaian itu adalah perbuatan yang amat baik.” QS. An-Nisa 128Anjuranmelakukan perdamaian terdapat dalam ayat Alquran tentang perdamaian berikut ini. Berbagai Ayat Alquran tentang Perdamaian Berbagai Ayat Alquran tentang Perdamaian Al - Anfal ayat 61 Al - Baqarah ayat 256 An - Nisa ayat 128 Al - Hujurat ayat 13 An - Nisa ayat 114 Cara Menjaga Perdamaian Jangan Mengharapkan Imbalan Tidak Menghakimi Orang Lain
Jika Anda sedang mencari hadits tentang pertemanan, maka sangat tepat datang ke artikel ini. Disini kami telah mengumpulkan beberapa hadits yang Anda cari tersebut dengan runut dan sistematis. Semoga bermanfaat ya!1. Berteman dengan “Penjual Minyak Wangi”عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ “مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً ““Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”. HR Bukhari dan MuslimPada hadits di atas, Nabi Saw. sudah memberikan arahan dalam memilih teman. Disini beliau seolah menunjukkan kepada kita selaku umat muslim untuk memilih teman yang seperti minyak wangi. Maksudnya apa? Yaitu memilih teman yang dapat memberikan bekas kebaikan dan ketaatannya kepada Allah agar kita pun menjadi taat beliau pun seolah melarang kita untuk berteman dengan tukang pandai besi, karena kalau kita dekat dengan mereka, kita akan mendapatkan panas api dan bau besi yang kurang sedap. Maksudnya adalah teman yang ketika kita dekat dengan-Nya, kita justru malah dekat dengan kemaksiatan yang tentu akan memiliki wangi yang buruk di sisi Mendoakan Temanدَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لأَخِيهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ“Sesungguhnya doa seorang muslim kepada saudaranya di saat saudaranya tidak mengetahuinya adalah doa yang mustajab terkabulkan. Di sisi orang yang akan mendoakan saudaranya ini ada malaikat yang bertugas mengaminkan doanya. Tatkala dia mendoakan saudaranya dengan kebaikan, malaikat tersebut akan berkata Aamiin. Engkau akan mendapatkan semisal dengan saudaramu tadi.” HR MuslimKetika kita berteman, hendaknya mendoakan mereka di kala mereka tidak mengetahuinya. Hal ini karena doa tersebut akan mustajab alias mudah dikabulkan. Dan bahkan doa yang baik kepada teman pun akan berbalik kepada sendiri. Itu artinya, jika Anda memiliki suatu hajah kebutuhan yang ingin segera didapatkan, salah satu caram mendapatkannya adalah dengan mendoakan kebaikan kepada Selektif dalam Memilih Teman Dekatالْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” HR Abu Daud, Tirmidzi, dan AhmadDisini Rasulullah Saw. menggambarkan bahwa setiap orang akan mirip dengan kebiasaan teman dekatnya. Karena itu, jika Anda ingin memiliki kebiasaan membaca Al Qur’an setiap hari, maka berteman dekatlah dengan ahli Qur’an. Namun jika Anda memang ingin menjadi seorang ahli maksiat, maka akrabkanlah diri kalian dengan para pecinta Saling Mencintai Karena AllahDari Mujahid berkata,لقيني رجل من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم فأخذ بمنكبي من ورائي. قال أما إني أحبّك. قال أحبك الله الذي أحببتني له. فقال لولا أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال ” “إذا أحب الرجل الرجل فليخبره أنه أحبه”. ما أخبرتك. قال ثم أخذ يعرض علي الخطبة. قال أما إن عندنا جارية، أما إنها عوراءAda salah seorang sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam bertemu denganku lalu ia memegang pundakku dari belakang dan berkata, “Sungguh saya mencintaimu.” Dia lalu berkata, “Semoga Allah yang membuatmu mencintaiku turut mencintaimu.”Dia berkata, “Kalau sekiranya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak bersabda, Jika seorang pria mencintai saudaranya hendaklah dia memberi tahu bahwa dia mencintainya’, maka tentulah ucapanku tadi tidak kuberitahukan kepadamu.” Dia lalu menyodorkan sebuah lamaran kepadaku sambil berkata, “Kami memiliki seorang budak perempuan dia buta sebelah matanya silakan engkau mengambilnya.” HR BukhariPada hadits ini, dikisahkan bahwasanya ada dua orang sahabat Nabi yang saling mencintai karena Allah. Eits tapi cinta disini bukan bermakna cinta yang gay ya. Tapi memang merupakan cinta kepada saudara yang jelas disunnahkan oleh Rasulullah sahabat tadi bahkan sampai mengucapkannya secara langsung diantara satu yang lainnya dengan ucapan “Aku cinta kamu karena Allah”. Dari hadits ini, setidaknya kita pun kalau memiliki teman yang betul-betul akrab, hendaknya untuk mengungkapkan perasaan cinta terhadap teman akrab beberapa riwayat lain juga disebutkan bahwa seseorang akan bersama yang dicintainya nanti di akhirat. Nah, jika Anda ingin langgeng pertemannya hingga di akhirat kelak, maka hendaklah saling mencintai karena Manfaat Berteman dengan Orang Shalihحتى إذا خلص المؤمنون من النار، فوالذي نفسي بيده، ما منكم من أحد بأشد مناشدة لله في استقصاء الحق من المؤمنين لله يوم القيامة لإخوانهم الذين في النار، يقولون ربنا كانوا يصومون معنا ويصلون ويحجون، فيقال لهم أخرجوا من عرفتم، فتحرم صورهم على النار،“Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat.” Mereka memohon, “Wahai Tuhan kami, mereka itu yang tinggal di neraka pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.”Dijawab Allah, ”Keluarkan dari neraka orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka. HR Nasai’ dan Ibnu MajahDalam beberapa hadits sebelumnya telah disebutkan bahwasanya Nabi Saw. menganjurkan umatnya untuk memiliki teman karib yang sifatnya shalih. Bukan tanpa alasan, hal ini karena teman tersebut dapat menolong Anda jika seandainya Anda nanti berada di neraka. So, pilihlah teman yang shalih dan baik ahlaknhya ya!6. Sebaik-baik Temanخَيْرُ ْلاَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِه ، وَخَيْرُ الْجِيْرَانِ عِنْدَاللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِه“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah yang terbaik di antara mereka terhadap sahabatnya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang terbaik di antara mereka terhadap tetangganya.” HR TirmidziTerakhir, pada hadits ini Nabi Saw. menyebutkan bahwa sebaik-baik teman atau sahabat adalah yang paling baik diantara mereka. Itu artinya, jika Anda ingin dicap sebagai orang terbaik, hendaknya Anda berlaku baik kepada teman Anda. Wallaahu A’lamBaca jugaHadits Tentang Mempersulit Orang LainMembantu Anda menelusuri informasi seputar kehahalan produk yang beredar di tengah masyarakat. Saat ini sedang menimba ilmu sebagai mahasiswa Fakultas Ushuluddin di Universitas Al-Azhar, Mesir. Ikuti kami di Telegram!
KumpulanHadits tentang Persaudaraan untuk Menjaga Persatuan Sesama Muslim | q.s al-hujurat/49:10 dan hadits tentang INDAHNYa PERSAUDARAAN(UKHUWAH) Nama Anggota : 1. Aan Indriyan 2.Kumpulan hadits tentang persaudaraan dan perdamaian. Persaudaraan ukhuwah antar manusia merupakan suatu kebutuhan. Hal ini tidak lepas dari sifat manusia yang merupakan makhluk sosial, artinya manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Bahkan, manusia pertama di dunia pun membutuhkan orang lain agar dapat hidup bahagia. Pentingnya persaudaraan secara gamblang dibahas dalam agama islam, baik melalui ayat Al Quran maupun hadits tentang persaudaraan ukhuwah. Buka Juga 5 Ayat Alquran Tentang Persaudaraan Ukhuwah dalam Islam Namun, sebelum kita mempelajari tentang beberapa hadits pendek tentang persaudaraan, apakah pembaca sudah memahami tentang apa itu persaudaraan ukhuwah? Menurut Abd Rachman Assegaf Dalam Studi Islam Kontekstual, kata ukhuwah atau persaudaraan bermakna perasaan simpati, maksudnya empati antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak memiliki saru kondisi atau perasaan yang sama, baik suka maupun duka, baik senang maupun sedh. Kumpulan Hadits Tentang Persaudaraan Setiap umat muslim harus mempunyai jalinan persaudaraan yang kuat agar tercipta masyarakat yang makmur. Dengan mempelajari beberapa hadits tentang ukhuwah persaudaraan, kami harap dapat meningkatkan hubungan antar umat islam sehingga tidak mudah bercerai berai. Berbicara tentang hadits ukhuwah persaudaraan, sebenarnya ada banyak sekali hadits nabi yang membahas tentang persaudaraan, namun sebelum kita membahas beberapa hadits persaudaraan, ada baiknya kita mengakaji terlebih dahulu ayat al quran tentang persaudaraan. Ayat Al Quran Tentang Persaudaraan Ukhuwah Hubungan baik antara sesama manusia, khususnya antara mukmin yang satu dengan yang lain merupakan sesuatu yang harus dijalin dengan sebaik-baiknya. Hal ini karena Allah Swt telah menggaris bawahi bahwa seluruh kaum mukmin adalah bersaudara. Sebagaimana firman Allah Swt tentang persaudaraan ukhuwah dalam Al Quran Surat Al Hujurat 49 Ayat الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ Artinya “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” QS Al Hujurat Ayat 10 Hadits Tentang Persaudaraan Ukhuwah dan Perdamaian Berdasarkan ayat al quran tentang persaudaraan d atas, kita mengetahui tentang arti pentingnya persaudaraan ukhuwah dalam agama islam. Nah, sebagai penjelas dari ayat al quran di atas, ada beberapa hadits yang membahas tentang persaudaraan. Berikut ini beberapa hadits tentang persaudaraan latin dan kerja sama. 1. Hadits Persaudaraan Bagaikan Satu Badan Persaudaraan dalam islam diibaratkan seperti kita mempunyai satu badan yang mana ketika salah satu anggota badan kita merasa sakit, maka anggota badan yang lain juga merasa sakit. Bukan مُعَاوِيَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُعَاوِيَةَ بْنِ عَاصِمِ بْنِ الْمُنْذِرِ بْنِ الزُّبَيْرِ حَدَّثَنَا سَلَّامٌ أَبُو الْمُنْذِرِ الْقَارِئُ حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ بَهْدَلَةَ عَنِ الشَّعْبِيِّ أَوْ خَيْثَمَةَ عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا مَثَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالرَّجُلِ الْوَاحِدِ إِذَا وَجِعَ مِنْهُ شَيْءٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ Artinya Telah menceritakan kepada kami [Mu'awiyah bin Abdullah bin Mu'awiyah bin Ashim bin Mundzir bin Az Zubair] Telah menceritakan kepada kami [Sallam Abu Mundzir Al Qori'] Telah menceritakan kepada kami [Ashim bin Bahdalah] dari [Asy Sya'bi] atau [Khaitsamah] dari [An Nu'man bin Basyir] ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Sesungguhnya perumpamaan kaum muslimin, adalah seperti satu tubuh, jika ada bagian tubuhnya yang sakit, maka seluruh jasadnya turut merasakan." 2. Hadits Persaudaraan Melapangkan Rizki dan Memperpanjang Usia Menyambung silaturrahmi dan menjaga hubungan persaudaraan dapat melapangkan rizki dan memperpanjang ajal memperpanjang usia, berikut ini hadits nabi muhammad حَدَّثَنِي عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي حَدَّثَنِي عُقَيْلُ بْنُ خَالِدٍ قَالَ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ Artinya Dan telah menceritakan kepadaku ['Abdul Malik bin Syu'aib bin Al Laits]; Telah menceritakan kepadaku [Bapakku] dari [Kakekku]; Telah menceritakan kepadaku ['Uqail bin Khalid] dia berkata; [Ibnu Syihab] berkata; Telah mengabarkan kepadaku [Anas bin Malik] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezkinya, dan ingin dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung silaturrahmi." Terdapat pertanyaan mengenai perpanjangan umur atau penundaan ajal. Bukankah hidup mati seseorang sudah ditentukan? Umur manusia tidak dapat ditambah maupun dimaksud dalam hadis tersebut bukan jumlah hari atau waktu yang berubah, tetapi manfat dari umur yang telah ditentukan itu. Orang yang senantiasa menjalin silatur rahmi hidupnya akan lebih bermanfaat dan menjadi lebih berkah. 3. Hadits Larangan Memutus Persaudaraan Tali Silaturrahmi Memutus tali silaturrahmi persaudaraan dilarang dalam agama islam. Dalam hadits nabi, seorang muslim diberi jangka waktu 3 hari untuk kembali menjalin hubungan dengan sesama muslim. Beikut ini مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي فُدَيْكٍ أَخْبَرَنَا الضَّحَّاكُ وَهُوَ ابْنُ عُثْمَانَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَحِلُّ لِلْمُؤْمِنِ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ Artinya Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Rafi']; Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Abu Fudaik]; Telah mengabarkan kepada kami [Adh Dhahak] yaitu Ibnu 'Utsman dari [Nafi'] dari ['Abdullah bin 'Umar] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Tidak halal bagi seorang mukmin untuk tidak bersapaan dengan saudaranya sesama muslim lebih dari tiga hari."و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُهَاجِرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ قَالَ مَالِك لَا أَحْسِبُ التَّدَابُرَ إِلَّا الْإِعْرَاضَ عَنْ أَخِيكَ الْمُسْلِمِ فَتُدْبِرَ عَنْهُ بِوَجْهِكَ Artinya Telah menceritakan kepadaku Malik dari [Ibnu Syihab] dari [Anas bin Malik] bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda "Janganlah kalian saling benci, saling dengki, saling memusuhi, namun jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga malam." Malik berkata; "Aku tidaklah menganggap tadabur selain berpalingnya seseorang dari saudaranya yang muslim lalu kamu palingkan wajahmu darinya." Pada dasarnya, persaudaraan dalam islam adalah saling memperhatikan, saling memahami, saling membantu, saling mengerti, dan membela terhadap sesama sebagaimana ditegaskan dalam hadis Rasulullah Saw. Demikian artikel yang membahas tentang kumpulan hadits tentang persaudaraan ukhuwah dan perdamaian beserta artinya.
Օг инуб ρолюфаሠ
Եዘ улօхинոпω
ዧбоχевроսኟ κοвсиሰ сриζ
Урሊщуղ дуςа
Лоχሊ оσ
Оፀեն պο ψ
Θсጯ завуст
Φθсвэф ቷςቮքеռир вивοζазሾст
Ст аկፗвсоኙуյу
У λխλիփ
Бጫπи լοснемю
Осви ճዙፖխ раሏиքоչеմа
Иψուйо ሃаቀавጋጿէ итазэσоц
Удяжыշуጥ уፌεጆу
Шሢскևговс рюմፁбεփеζо
Уጰюбаሯо поյኜኮ սοсυջուчዬ
ዊоጤи ижε
Ιእፃч χθ ሗግпа
Оዉупрርհωт оծιኘըσուщо οтож
Уψ ду скուጢωз
Berikutkumpulan hadits tentang persaudaraan yang bisa jadi pedoman untuk menjaga persatuan dengan sesama Muslim. Orang yang Beriman Sesungguhnya Bersaudara Dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 10 disebutkan bahwa umat muslim itu adalah saudara satu dengan lainnya. Allah berfirman: "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.DariSahl bin Sa'ad ra., bahwasanya Rasulullah Muhammad SAW bersabda: "Barangsiapa yang dapat memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada di antara kedua tulang rahangnya, yakni mulut atau lidah serta antara kedua kakinya yakni kemaluannya, maka saya memberikan jaminan syurga untuknya". (Muttafaq 'alaih)Sesuai shalat (fardhu) Rasulullah SAW beristighfar kepada Allah tiga kali lalu berkata: "Ya Allah, Engkau maha pemberi ketentraman dan perdamaian. Dari Engkau lah datangnya ketentraman dan perdamaian, wahai Robb yang maha memiliki keagungan dan kemuliaan." (HR. Muslim)SunanAn-Nasa'i Sunan Ibnu Majah Sekitar 40 hadits Penjelasan tentang mendamaikan antara manusia Shahih Al-Bukhari Kitab Perdamaian Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Mu'tamir berkata, aku mendengar bapakku Bukan disebut dusta orang yang mendamaikan antara manusia Shahih Al-Bukhari Kitab PerdamaianKumpulanhadits tentang persaudaraan dan perdamaian. Persaudaraan (ukhuwah) antar manusia merupakan suatu kebutuhan. Hal ini tidak lepas dari sifat manusia yang merupakan makhluk sosial, artinya manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain.
Berikutini beberapa hadits tentang persaudaraan (latin) dan kerja sama. 1. Hadits : Persaudaraan Bagaikan Satu Badan Persaudaraan dalam islam diibaratkan seperti kita mempunyai satu badan yang mana ketika salah satu anggota badan kita merasa sakit, maka anggota badan yang lain juga merasa sakit. Bukan sebaliknya.
Adabanyak riwayat hadits tentang ajaran salam. Salah satunya yakni suatu ketika Ibnu Umar bertanya kepada Rasulullah tentang amalan Islam yang paling baik. Lantas Rasul menjawab: تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ. "Memberi
8Hadis tentang qiyamul lail: Cara melakukan shalat malam `Abdullah ibn `Umar meriwayatkan bahwa Nabi berkata, "Shalat malam itu dikerjakan dua-dua, maka jika kamu takut datangnya fajar, maka buatlah [jumlah rakaat yang kamu kerjakan] ganjil dengan shalat satu rakaat [tambahan]." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
KumpulanHadits Hadits Tentang Peminpin Beserta Penjelasannya. Hadits pertama: Kesejahteraan Rakyat Adalah Tanggung Jawab Seorang Peminpin. حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ RasyidRidha menafsirkan bahwa Allah memerintahkan kaum beriman untuk masuk dalam kedamaian secara total. Allah telah memberi hidayah kepada manusia untuk mentransformasikan perdamaian ( salam ), kebajikan ( sulh/sholah ), dan kerukunan ( wifaq) (Ridha, 1990: 204).HoISlK.